Tradisi Makan Bajamba Di Minangkabau
Indonesia terdiri dari banyak pulau dan di kelilingi oleh lautan. Disetiap pulau-pulau tersebut juga terdapat banyak sekali kelompok masyarakat.
Indonesia terdiri dari banyak pulau dan di kelilingi oleh lautan. Disetiap pulau-pulau tersebut juga terdapat banyak sekali kelompok masyarakat yang memiliki tradisi dan budaya ynag berbeda-beda. Minangkabau merupakan salah satu etnis yang cukup populer di Indonesia. Di Minangkabau sendiri juga terdapat banyak sekali tradisi-tradisi yang dijalankan semenjak dari nenek moyang dahulu.
Beberapa tradisi yang sampai saat ini masih populer diantaranya: Batagak Pangulu, Balimau, Turun Mandi dan beberapa tadisi lainnya. Adapun dari sekian banyak tradisi-tradisi tersebut, salah satu tradisi yang dapat membangun kedekatan antara masyarakat Minangkabau adalah makan bajamba.
Makan bajamba merupakan prosesi makan secara bersama-sama yang biasanya dilaksanakan ketika acara-acara besar seperti Hari Raya Idul Adha, acara batagak pagulu dan acara-acara besar lainnya. Setelah selesai bergotong royong untuk memotong hewan kurban, biasanya masyarakat Minang akan melanjukan dengan prosesi makan bajamba. Hal yang membedakan makan bajamba dengan makan bersama pada umumnya adalah makan bajamba biasanya dilakukan dalam satu wadah dan orang yang makan pada wadah tersebut lebih dari 2 orang. Di zaman dahulu ketika makan bajamba menggunakan wadah dari daun pisang, namun dengan berjalannya waktu sekarang ini masyrakat sudah beralih menggunakan talam (piring besar) yang kapasitasnya untuk 4-6 orang.
Bundo Kanduang Makan Bajamba
Makan BajambaMakan bajamba di Minangkabau, Sangat familiar di telinga orang Minang, namun saya yakin juga ada suku lain di Nusantara yang mempraktekkannya. Makan bersama di sebuah piring yang besar (talam/pinggan) ataupun di atas daun pisang. Suatu kebudayaan yang bagus, memang, karena mendidik untuk lebih peka terhadap hak dan kewajiban, terhadap kebebasan dan keterbatasan. Namun realita makan bajamba yang dipraktekkan saat ini semakin jauh dari apa makan bajamba itu sendiri. Karena sejatinya makan bajamba memiliki aturan baku walaupun tak tertulis.
Berikut beberapa aturan yang mungkin kawan-kawan sering lupa.
1. Tidak mancapak.
Makan BajambaMakan bajamba di Minangkabau, Sangat familiar di telinga orang Minang, namun saya yakin juga ada suku lain di Nusantara yang mempraktekkannya. Makan bersama di sebuah piring yang besar (talam/pinggan) ataupun di atas daun pisang. Suatu kebudayaan yang bagus, memang, karena mendidik untuk lebih peka terhadap hak dan kewajiban, terhadap kebebasan dan keterbatasan. Namun realita makan bajamba yang dipraktekkan saat ini semakin jauh dari apa makan bajamba itu sendiri. Karena sejatinya makan bajamba memiliki aturan baku walaupun tak tertulis.
Berikut beberapa aturan yang mungkin kawan-kawan sering lupa.
1. Tidak mancapak.
Mancapak adalah mengeluarkan bunyi saat mengunyah makanan. Makan bajamba ataupun makan sendiri, Urang Minang yang Sabana Minang harus tahu dan harus mempraktekkan hal ini. Solusinya, tutuplah mulut saat mengunyah makanan!
2. Selalu dahulukan yang lebih tua.
2. Selalu dahulukan yang lebih tua.
Saat mencuci tangan, menyuap makanan, saat selesai makan. Karena ini adalah salah satu bentuk penghormatan, implementasi dari kato mandaki. Saat rasa hormat telah hilang, saat itulah Anda berhak menyandang predikat indak baradaik.
3. Tidak menjatuhkan remah nasi kembali ke talam.
3. Tidak menjatuhkan remah nasi kembali ke talam.
Saat nasi yang harusnya masuk ke mulut kita jatuh kembali ke talam, berarti kita telah 'merusak' talam seluruhnya, Karena hal itu akan merusak selera makan rekan-rekan lain yang ikut makan di talam tersebut. Disinilah kita belajar menghargai hak orang lain di dalam satu talam.
4. Tangan tidak boleh menyentuh mulut
4. Tangan tidak boleh menyentuh mulut
saat menyuap makanan. Saat tangan menyentuh mulut, dan kemudian 'mengaduk-aduk' kembali makanan di talam, selera makan kawan-kawan lain juga akan rusak. disini juga terdapat pelajaran berharga, bagaimana menghormati hak orang lain. Karena aturan ini, di Minang ada teknik menyuap nasi yang khusus dipraktekkan saat makan bajamba, yaitu 'menerbangkan' makanan ke mulut, dan tangan kiri menanti rimah yang jatuh agar tidak kembali ke talam.
5. Menghabiskan makanan yang ada
5. Menghabiskan makanan yang ada
di 'wilayah' masing-masing. Disini kita juga diajarkan untuk bertanggungjawab terhadap apa yang kita pilih. Anda duduk disini, maka selesaikan bagian Anda!
6. Tidak mengaduk-aduk bagian tengah.
6. Tidak mengaduk-aduk bagian tengah.
Bagian tengah sedikit berbeda, karena disana terdapat 'samba' (lauk pauk) yang semua anggota talam berhak memakannya. Disinilah diuji bagaimana kita menghormati barang milik umum agar bisa dimanfaatkan semua kalangan.
7. Tidak boleh beranjak dari tempat duduk
7. Tidak boleh beranjak dari tempat duduk
sebelum semua anggota jamba selesai makan. Meskipun tak lagi ikut menyuap nasi, tetap harus ada di posisi hingga semuanya selesai.
8. Untuk perempuan duduk bersimpuh
8. Untuk perempuan duduk bersimpuh
dan agak memiringkan tubuh ke kiri, untuk mempermudah tangan kanan mengambil makanan, dan jika pun sempat ada remah walau sudah ditampung dengan tangan kiri, remah tersebut tidak jatuh ke jamba, melainkan jatuh ke pangkuan masing-masing. Untuk laki-laki duduk baselo dengan merapatkan kakinya, sehingga ujung jari kaki kanan terlihat dari bawah paha kiri begitu pula sebaliknya.
9. Mamiliahi rimah.
9. Mamiliahi rimah.
Membersihkan remah makanan yang sempat jatuh setelah makan selesai. Bahkan tanpa diatur adat pun, seorang Muslim pasti tahu bagaimana menjaga kebersihan diri, kebersihan lingkungan. Hal ini juga mengajarkan untuk bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan.
10. Bardoa.
10. Bardoa.
Karena disinilah terdapat inti dari ajaran ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH.
Minang nan sabana Minang sebenarnya bisa saja tampak dari bagaimana ia makan, karena Adat Minang tak hanya mengatur festival ataupun baralek, namun juga sikap, tutur dan watak. Subhanallah..
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. ^_^
See Other Articles
Minang nan sabana Minang sebenarnya bisa saja tampak dari bagaimana ia makan, karena Adat Minang tak hanya mengatur festival ataupun baralek, namun juga sikap, tutur dan watak. Subhanallah..
Semoga Allah selalu menuntun kita untuk jadi lebih baik.. ^_^
See Other Articles