Lobang Mbah Soero, Sawahlunto
Lobang Mbah Soero di Sawahlunto, Sumbar merupakan bekas tambang batu bara yang bersejarah. Dibangun dari zaman kolonial Belanda, terdapat kisah seram di sana yang bisa bikin Anda merinding tentang orang rantai.
Beberapa waktu lalu, detikTravel mampir ke Lobang Mbah Soero yang berlokasi di Jl Muhammad Yazid, Lembah Segar,Kota Sawahlunto. Nama Mbah Soero diambil dari seorang penambang yang disegani oleh pekerja tambang lainnya karena keulatan dan kerja keras.
Lobang Mbah Soero diyakini punya panjang puluhan ilometer. Namun, hanya 186 meter saja yang dibuka untuk wisata. Itu n, sudah diberi fasilitas berupa lampu, besi untuk pegangan tangan, ventilasi dan tangga.
Sejak tahun 1898 sampai sekitar tahun 1930, lubang tersebut digunakan pemerintah kolonial Belanda untuk menambang batu bara. Asal tahu saja, batu bara di sana disebut-sebut lebih baik dibandingkan batu bara di Kalimantan.
Berbanding terbalik 180 derajat dengan nilai tambangnya, kisah-kisah para pribumi yang jadi penambang batu bara di Lubang Mbah Soero bisa membuat Anda mengerenyitkan dahi. Mereka dikenal dengan sebutan orang rantai!
Mereka adalah para pribumi yang membangkang dan tahanan politik, yang dipekerjakan paksa. Mengapa disebut manusia rantai? Sebab kaki tangan dan leher mereka selalu dirantai tiap waktu. Orang-orang rantai yang jumlahnya bisa ratusan diperlakukan dengan tidak manusiawi. Mereka bekerja siang malam dan tidak diberi makanan yang layak. Kalau mau bertahan hidup, ya harus kerja terus.
Belum lagi, kabarnya banyak pekerja tambang yang tewas di sana ketika sedang bekerja. Kemudian, mayatnya ditimbun begitu saja di dalam lubang. Beberapa malah diselipkan di dinding-dinding lubang.
Beberapa waktu lalu, detikTravel mampir ke Lobang Mbah Soero yang berlokasi di Jl Muhammad Yazid, Lembah Segar,Kota Sawahlunto. Nama Mbah Soero diambil dari seorang penambang yang disegani oleh pekerja tambang lainnya karena keulatan dan kerja keras.
Lobang Mbah Soero diyakini punya panjang puluhan ilometer. Namun, hanya 186 meter saja yang dibuka untuk wisata. Itu n, sudah diberi fasilitas berupa lampu, besi untuk pegangan tangan, ventilasi dan tangga.
Sejak tahun 1898 sampai sekitar tahun 1930, lubang tersebut digunakan pemerintah kolonial Belanda untuk menambang batu bara. Asal tahu saja, batu bara di sana disebut-sebut lebih baik dibandingkan batu bara di Kalimantan.
Berbanding terbalik 180 derajat dengan nilai tambangnya, kisah-kisah para pribumi yang jadi penambang batu bara di Lubang Mbah Soero bisa membuat Anda mengerenyitkan dahi. Mereka dikenal dengan sebutan orang rantai!
Mereka adalah para pribumi yang membangkang dan tahanan politik, yang dipekerjakan paksa. Mengapa disebut manusia rantai? Sebab kaki tangan dan leher mereka selalu dirantai tiap waktu. Orang-orang rantai yang jumlahnya bisa ratusan diperlakukan dengan tidak manusiawi. Mereka bekerja siang malam dan tidak diberi makanan yang layak. Kalau mau bertahan hidup, ya harus kerja terus.
Belum lagi, kabarnya banyak pekerja tambang yang tewas di sana ketika sedang bekerja. Kemudian, mayatnya ditimbun begitu saja di dalam lubang. Beberapa malah diselipkan di dinding-dinding lubang.
Menurut pengakuan pemandu setempat yang enggan disebutkan namanya, dulu ketika Lubang Mbah Soero dibangun kembali sebagai objek wisata dan direnovasi, banyak ditemukan tengkorak-tengkorak. Diyakini, itu adalah tengkorak-tengkorak dari jenazah para orang rantai. Diyakini, ada ratusan jenazah yang ditimbun di dalam Lubang Mbah Soero!
Traveler yang penasaran, bisa langsung datang ke Lubang Mbah Soero dan menjelajahinya. Anda pun harus menggenakan pakaian keamanan lengkap seperti helm, sepatu boot dan korek gas dilarang dibawa ke dalamnya. Untuk tiket masuk, tak lebih dari Rp 10 ribu.
Memasuki Lubang Mbah Soero, kesan lembab dan gelap sungguh terasa. Kisah kelam dan seram di sini, bisa membuat Anda mengerenyitkan dahi sekaligus membenci betapa kejamnya masa penjajahan Belanda. Orang-orang tak berdosa, mengakhiri hidupnya di tambang batu bara.
Traveler yang penasaran, bisa langsung datang ke Lubang Mbah Soero dan menjelajahinya. Anda pun harus menggenakan pakaian keamanan lengkap seperti helm, sepatu boot dan korek gas dilarang dibawa ke dalamnya. Untuk tiket masuk, tak lebih dari Rp 10 ribu.
Memasuki Lubang Mbah Soero, kesan lembab dan gelap sungguh terasa. Kisah kelam dan seram di sini, bisa membuat Anda mengerenyitkan dahi sekaligus membenci betapa kejamnya masa penjajahan Belanda. Orang-orang tak berdosa, mengakhiri hidupnya di tambang batu bara.