Minangkabau International Airport |
Bandara Internasional Minangkabau atau yang lebih dikenal dengan sebutan BIM adalah satu-satunya bandara di Indonesia bahkan di dunia yang menggunakan nama etnik sebagai nama bandaranya. Tak hanya itu, seluruh fasilitas pendukung yang ada di bandara juga menggunakan istilah dalam bahasa Minang.
Pemberian nama bandara menggunakan etnik Minangkabau merupakan jalan tengah dari tim bentukan Pemerintah Daerah Provinsi Sumbar karena pada waktu pembangunannya bandara ini memiliki berbagai macam pilihan nama, seperti Tan Malaka, Muhammad Yamin, dan Mohammad Hatta.
Di mana ketiga tokoh ini merupakan pahlawan dari daerah Sumatera Barat dan sangat terkenal sebagai pahlawan nasional. Maka dari itu, dipilihlah kata "Minangkabau" sebagai jalan tengah untuk penamaan dari bandara. Makna dari pemberian nama ini ialah menjadikan Bandara Internasional Minangkabau sebagai bandara pemersatu seluruh orang Minang di dunia bahwa orang Minangkabau memiliki bandara internasional yang bisa dibanggakan oleh orang Minang di seluruh dunia, dan bahkan sudah masuk ke dalam buku biru bandara-bandara di seluruh dunia.
Bandara ini merupakan gedung terbesar di Indonesia yang menggunakan arsitektur Minangkabau. Ternyata dalam pembangunannya, BIM dibangun sebagai pengganti dari Bandar Udara Tabing. Di bangun pada tahun 2001 dengan menghabiskan dana sekita 9,4 miliar yen dimana 10% diantaranya (sekitar 97,6 miliar rupiah) adalah pinjaman lunak dari Japan Bank International Coorporation (JICB).
BIM terletak di Jln. Mr. Sutan M.Rasyid, Padang Pariaman, Sumatera Barat atau sekitar 23 km dari pusat Kota Padang. Bandara ini memiliki luas sekitar 427 hektare. Untuk landasan pacu sepanjang 3.000 meter dengan lebarnya 45 meter. Pada tahun 2017, bandara Internasional Minangkabau diperluas hingga mencapai 49.000 meter persegi. Sesuai dengan namanya, bandara ini melayani penerbangan domestik dan internasional, seperti Jakarta, Surabaya, Batam, Medan, Bengkulu, Sungaipenuh, Palembang, Jambi, Yogyakarta, Sipora, Gunung Sitoli, Bandung, Surabaya, dan Kuala Lumpur.
Pemberian nama bandara menggunakan etnik Minangkabau merupakan jalan tengah dari tim bentukan Pemerintah Daerah Provinsi Sumbar karena pada waktu pembangunannya bandara ini memiliki berbagai macam pilihan nama, seperti Tan Malaka, Muhammad Yamin, dan Mohammad Hatta.
Di mana ketiga tokoh ini merupakan pahlawan dari daerah Sumatera Barat dan sangat terkenal sebagai pahlawan nasional. Maka dari itu, dipilihlah kata "Minangkabau" sebagai jalan tengah untuk penamaan dari bandara. Makna dari pemberian nama ini ialah menjadikan Bandara Internasional Minangkabau sebagai bandara pemersatu seluruh orang Minang di dunia bahwa orang Minangkabau memiliki bandara internasional yang bisa dibanggakan oleh orang Minang di seluruh dunia, dan bahkan sudah masuk ke dalam buku biru bandara-bandara di seluruh dunia.
Bandara ini merupakan gedung terbesar di Indonesia yang menggunakan arsitektur Minangkabau. Ternyata dalam pembangunannya, BIM dibangun sebagai pengganti dari Bandar Udara Tabing. Di bangun pada tahun 2001 dengan menghabiskan dana sekita 9,4 miliar yen dimana 10% diantaranya (sekitar 97,6 miliar rupiah) adalah pinjaman lunak dari Japan Bank International Coorporation (JICB).
BIM terletak di Jln. Mr. Sutan M.Rasyid, Padang Pariaman, Sumatera Barat atau sekitar 23 km dari pusat Kota Padang. Bandara ini memiliki luas sekitar 427 hektare. Untuk landasan pacu sepanjang 3.000 meter dengan lebarnya 45 meter. Pada tahun 2017, bandara Internasional Minangkabau diperluas hingga mencapai 49.000 meter persegi. Sesuai dengan namanya, bandara ini melayani penerbangan domestik dan internasional, seperti Jakarta, Surabaya, Batam, Medan, Bengkulu, Sungaipenuh, Palembang, Jambi, Yogyakarta, Sipora, Gunung Sitoli, Bandung, Surabaya, dan Kuala Lumpur.